Ketika
malam menggenang dalam sunyi, dan angin telah pulas dalam tidurnya
Aku termenung dalam kerisauan, memandang sajadah yang masih terlipat rapi, dan kitab-kitab yang berdebu
Aduhai, betapa tak pernah kusentuh mereka
karena aku terlalu enggan untuk sekedar menyapa-NYA
apalagi meminta bantuan-NYA
Karena kukira aku bisa mengalahkan dunia dengan kekuatanku sendiri
Kukira aku bisa meraih apa saja dengan kemauanku sendiri
Kukira aku bisa mengatur siapa saja dengan kepintaranku sendiri
Ketika dunia masih ada dalam genggamanku, aku tertawa melihat orang meratap-ratap memohon kepada-NYA... Untuk apa?
Bahkan aku tidak yakin bahwa DIA memang ada
Di mana DIA? Aku sulit mempercayai apa yang tak bisa kulihat sendiri
Hingga tiba-tiba dunia berbalik memunggungiku, dan orang-orang meninggalkanku, lalu semua yang kukerjakan sia-sia belaka
Pun setiap langkahku tak lain hanya berakhir di jalan buntu
Dan aku pun hanya bisa terperanjat dan bertanya, mengapa?
Dan rambut di kepalaku pun memutih sendiri tanpa kuperintahkan
Kulit mengeriput dan gigi tanggal satu demi satu tanpa bisa kutahan
Dan segala penyakit mengerubutiku tanpa bisa kutolak
Mengapa aku tak lagi berkuasa atas tubuhku sendiri?
Mengapa aku harus menjadi tua dan mati? Siapa yang menetapkan semua ini terjadi padaku?
DIA, kata orang padaku, yang menjadikan aku dari segumpal air kotor, kemudian menghidupkanku, dan kelak akan mematikanku
DIA, yang tak mungkin kulihat karena aku begitu kecilnya sedang DIA Maha Besar, Pencipta dan Pemelihara alam semesta ini
Seperti kuman tak bisa melihat manusia sedang kuman itu hidup dalam tubuh manusia, maka aku pun takkan mampu melihat-NYA walau aku hidup dalam naungan kebesaran-NYA,
namun bisa kurasakan pengaruh kuasa-NYA padaku seperti kurasakan kekuatan terpaan angin yang tak terlihat olehku
DIA yang menghidupkan dan mematikan, menciptakan dunia seisinya seraya memeliharanya sepanjang masa, takkan ada kesulitan bagi-NYA mengabulkan doa-doa orang-orang yang memohon
Mengapa aku tidak ikut memohon seperti orang-orang itu? Apa susahnya memohon, bahkan tak perlu membayar sepeser pun? Betapa bodohnya aku tidak ikut memohon kepada-NYA...
Namun Ya Robbii, aku malu menghadap-MU, membawa kebodohan dan kepongahanku ini
Ah, tiada lain hanya sesal yang tersisa, hanya berharap ampunan pada sisa umur yang sia-sia....
Malang, 29/07/2012
Aku termenung dalam kerisauan, memandang sajadah yang masih terlipat rapi, dan kitab-kitab yang berdebu
Aduhai, betapa tak pernah kusentuh mereka
karena aku terlalu enggan untuk sekedar menyapa-NYA
apalagi meminta bantuan-NYA
Karena kukira aku bisa mengalahkan dunia dengan kekuatanku sendiri
Kukira aku bisa meraih apa saja dengan kemauanku sendiri
Kukira aku bisa mengatur siapa saja dengan kepintaranku sendiri
Ketika dunia masih ada dalam genggamanku, aku tertawa melihat orang meratap-ratap memohon kepada-NYA... Untuk apa?
Bahkan aku tidak yakin bahwa DIA memang ada
Di mana DIA? Aku sulit mempercayai apa yang tak bisa kulihat sendiri
Hingga tiba-tiba dunia berbalik memunggungiku, dan orang-orang meninggalkanku, lalu semua yang kukerjakan sia-sia belaka
Pun setiap langkahku tak lain hanya berakhir di jalan buntu
Dan aku pun hanya bisa terperanjat dan bertanya, mengapa?
Dan rambut di kepalaku pun memutih sendiri tanpa kuperintahkan
Kulit mengeriput dan gigi tanggal satu demi satu tanpa bisa kutahan
Dan segala penyakit mengerubutiku tanpa bisa kutolak
Mengapa aku tak lagi berkuasa atas tubuhku sendiri?
Mengapa aku harus menjadi tua dan mati? Siapa yang menetapkan semua ini terjadi padaku?
DIA, kata orang padaku, yang menjadikan aku dari segumpal air kotor, kemudian menghidupkanku, dan kelak akan mematikanku
DIA, yang tak mungkin kulihat karena aku begitu kecilnya sedang DIA Maha Besar, Pencipta dan Pemelihara alam semesta ini
Seperti kuman tak bisa melihat manusia sedang kuman itu hidup dalam tubuh manusia, maka aku pun takkan mampu melihat-NYA walau aku hidup dalam naungan kebesaran-NYA,
namun bisa kurasakan pengaruh kuasa-NYA padaku seperti kurasakan kekuatan terpaan angin yang tak terlihat olehku
DIA yang menghidupkan dan mematikan, menciptakan dunia seisinya seraya memeliharanya sepanjang masa, takkan ada kesulitan bagi-NYA mengabulkan doa-doa orang-orang yang memohon
Mengapa aku tidak ikut memohon seperti orang-orang itu? Apa susahnya memohon, bahkan tak perlu membayar sepeser pun? Betapa bodohnya aku tidak ikut memohon kepada-NYA...
Namun Ya Robbii, aku malu menghadap-MU, membawa kebodohan dan kepongahanku ini
Ah, tiada lain hanya sesal yang tersisa, hanya berharap ampunan pada sisa umur yang sia-sia....
Malang, 29/07/2012
Ditulis oleh Rahadi W. untuk
KISAH FIKSI KEHIDUPAN